Jumat, 30 November 2012

Hadis Ekonomi Islam



FAIDAH BERSEDEKAH

A.  PENDAHULUAN
Agama Islam adalah agama Allah yang sempurna yang selalu memberikan petunjuk–petunjuk kepada umatnya tentang amalan-amalan yang baik. Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi umat manusia yang selalu dicontoh setiap gerak-geriknya. Salah satu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah etika dalam Islam untuk menyayangi sesamanya misalnya saja dengan cara menyedekahkan sebagian dari hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Salah satu etika yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada Ummu Bajid adalah untuk tidak menolak orang-orang yang meminta-minta walaupun hanya dengan memberinya sesuatu yang sedikit dan tidak begitu ada harganya. Karena sesungguhnya dengan bersedekah kita akan selalu mendapat pertolongan dari Allah terhadap masalah-masalah kita.
Kemudian dengan bersedekah kita akan belajar berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan atau kurang mampu sekaligus kita belajar untuk ikhlas memberikan sebagian dari harta yang kita miliki kepada saudara-saudara kita yang lain.
Untuk lebih jelasnya, maka dari itu dalam makalah ini akan menguraikan tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan sedekah dan tanggung jawab sosial.

B.  Hadis dan Terjemahannya

Artinya: menceritakan kepada kami dan hakit menceritakan kepada kami sufiah ibnu uyainah dari abi zinah dari akrozi dari abi hurairahtan dari nabi SAW berkata umar dan menceritkan dari kepada kami sufyan ibnu unayah berkata dan berkata ibnu zurais dari hasan ibnu muslim dari twus dari abi hurairahtan dari nabi SAW berkata : perumpamaan seseorang yang bersedekah/menginfakkan seperti hanya seseorang yang memotong/dua orang yang hampir memotong dari sebagian badan dan apa bila memiliki keingginan untuk berinfak dan orang lain berkata maka kamu bersedekahlah maka sodakohkanlah sesempurna mungkin kepdanya beberapa kali dan apabila kamu mempunyai pemikiran kikir/pelit maka habislah hartamu kepadanya dan mengambil harta sampai mengampuni dosa-dosanya.  

C.  Penjelasan Hadis
Berdasarkan hadis di atas, dapat dipastikan bahwa orang yang bersedekah pasti mencintai Allah dan di cintai Allah, karena ia mengalahkan egonya yang memiliki watak cinta harta. Karena orang yang bersedekah lebih mementingkan cinta Tuhan daripada tabiat dirinya, dan rasa takut miskin tidak menghalanginya untuk sedekah, sehingga Allah memberinya rasa aman dari setiap hal yang menakutkan di akhirat.
Hadits Abu Musa, dimana ia berkata: “Nabi SAW bersabda: “setiap muslim wajib bersodakoh”. Para sahabat bertanya: “Apabila ia tidak mempunyai sesuatu?”. Beliau bersabda: “Ia beramal dengan tangannya lalu memberi manfaat bagi dirinya dan ia bersodakoh”. Mereka bertanya: ”Apabila mereka tidak mempunyai kemampuan, apa yang harus ia kerjakan?. Beliau bersabda: “Maka hendaknya ia menolong orang yang sangat membutuhkan pertolongan”. Mereka bertanya: “Apabila ia tidak mengerjakannya?”. Beliau bersabda: ” Maka hendaknya ia menyuruh (orang lain) untuk berbuat baik”. Sahabat bertanya: “Apabila ia tidak bisa mengerjakannya?”. Beliau bersabda: ”Menahan diri dari perbuatan jahat, maka sesungguhnya yang demikian itu merupakan shodakoh baginya” .Memberi Sedekah Sesuai dengan Kemampuan.
Hadis diatas diperkuat oleh, Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar r.a. Nabi SAW pernah bersabda: “jangan simpan uang mu didalam kantung uang oleh karena Allah akan menahan anugerah-Nya darimu. Berikanlah (di jalan Allah) sesuai dengan kemampuan mu.
Dalam Al Quran, Allah Swt. berfirman tentang keutamaan bersedekah dan berinfak di jalan-Nya. Apa yang disampaikan Al Qur’an tersebut diperkuat dan diperjelas oleh Rasulullah saw. melalui hadits-haditnya. Pada bagian ini kita lihat sebagian di antaranya.
Pertama: ”Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS At Taubah, 9: 99)
Berdasarkan ayat ini, sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang Maha Pemberi rezeki. Dekat dengan Allah Yang Mahakaya akan menjamin terjaganya rezeki dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin jauh kita dari rezeki dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya.
Sejatinya, pemurah adalah sifat yang dimiliki Allah Swt. “Akulah Ar Rahmân dan Ar Rahîm. Aku petikkan baginya dari nama-Ku…,” demikian sabda Allah Swt. dalam sebuah hadits qudsi. Pancaran sifat ini kemudian “diserap” oleh para nabi dan orang-orang saleh sehingga menjadi akhlak utama mereka. Di antara semua manusia, Rasulullah saw. adalah manusia paling mampu mencontoh sifat pemurah ini.[1]
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kita diperintahkan untuk berakhlak dengan akhlak Allah, takhalluq bi akhlâqillâh. Untuk itu, kita pun dituntut untuk menjadi seorang pemurah karena itulah satu sifat Allah. Sebagai pengamalan kongkret, akan sangat baik untuk kita mulai membiasakan diri menyisihkan sebagian rezeki kita untuk orang lain, entah itu untuk orang tua, saudara, teman, tetangga, atau pun guru. Ada baiknya orang-orang yang memiliki hubungan kekeluargaan lebih didahulukan, kemudian tetangga dekat, tetangga jauh, dan seterusnya.
Merancang siapa orang yang akan kita kunjungi untuk bersilaturahmi dan memberikan hadiah kepadanya juga sangat baik. Akan sangat baik jika dalam daftar perencanaan tersebut bukan hanya orang-orang yang kita sukai atau yang sering berbuat kebaikan kepada kita. Masukkanlah orang-orang yang selama ini membenci dan menjauhi kita, terutama dari keluarga kita sendiri. Berilah mereka hadiah yang berarti baginya. Menurut Rasulullah saw., ini adalah sebuah keutamaan. “Sedekah yang paling utama ialah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR Muslim)
Sahabat ‘Uqbah bin Amir pun mengungkapkan bahwa Rasulullah saw. pernah menasihati dirinya sebagai berikut.
Wahai ‘Uqbah, maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang pernah menahan pemberiannya kepadamu, dan memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu.” (HR Hakim)
Sedekah atau hadiah yang kita berikan tidak harus selalu barang mahal. Yang penting, hal tersebut bermanfaat, meskipun sederhana. Yang paling utama adalah suasana batin dan keikhlasan serta cara kita dalam melakukannya. Itulah yang akan berbekas.Tidak akan pernah merugikan kita melakukan semua ini. Apabila kita belum mampu beribadah dengan baik, jarang tahajud, jarang puasa dan shalat sunnah, baca Al Qur’an baru sesekali, alangkah baiknya apabila kita selalu berbuat baik kepada sesama. Allah Swt. pasti akan menolong kita. Allah berfirman sebagai berikut.
Akulah Ar Rahmân dan Ar Rahîm. Aku petikkan baginya dari nama-Ku. Barang siapa yang menghubungkan, niscaya Aku akan menghubunginya; dan barang siapa memutuskannya, niscaya Aku memutuskan hubungan dengannya.

Rasulullah saw. pun pernah berpesan dengan kata-kata yang indah sebagai berikut.
Orang yang pemurah itu dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari api neraka. Sementara itu, orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dari api neraka.
Kedua: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”  (QS Al Baqarah, 2: 261)
Ketiga: ”Katakanlah, ’Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.” (QS Saba, 34: 39)
Ayat yang mulia ini menyiratkan sebuah pesan bahwa tidak akan ada yang hilang dari rezeki yang kita nafkahkan di jalan Allah Swt. Justru, dengan disedekahkan itulah harta kita menjadi kekal. Sebagai contoh, kita punya uang sepuluh ribu, dua ribunya kita sedekahkan, dan sisanya kita gunakan untuk kepentingan sendiri. Dalam pandangan Allah Swt., uang yang dua ribu itulah rezeki kita sebenarnya yang akan menolong kita di dunia dan di akhirat.[2]
Tidaklah kita menyedekahkan kelebihan harta kita kecuali akan Allah ganti semuanya dengan yang lebih baik. Tidak ada kerugian. Yang ada hanyalah keuntungan. Dalam beberapa ayat Al Qur’an, Allah Swt. menyebut harta yang kita sedekahkan dengat kata ”pinjaman”. Artinya, Allah Swt. meminjam harta yang kita miliki dan Dia akan mengembalikannya dengan berlipat ganda pada saat kita sangat membutuhkannya.
Mahasuci Allah. Mahadermawan Dia. Padahal, sangat mudah bagi Dia untuk mengambil harta tersebut walau dengan cara paksaan sekalipun karena semua adalah milik-Nya. Harta yang dimiliki manusia hanyalah sedikit saja dari harta milik-Nya yang Dia titipkan kepada manusia. Oleh karena itu, sampai detik ini, tidak ada orang berinfak secara ikhlas yang menjadi fakir miskin. Mengapa? Karena Allah dan Rasul-Nya telah berjanji bahwa dengan sedekah, seseorang akan mendapatkan rezeki, malaikat pun akan mendoakan untuk kebaikan dan pelipatgandaan rezeki bagi orang yang gemar bersedekah. Selain itu, persentase sedekah yang wajib dikeluarkan pun sangat kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan harta yang Allah Swt. titipkan, yaitu 2,5 persen.
Ada hal menarik ketika turun surat Saba ayat 39 ini. Para sahabat berlomba untuk bersedekah. Kisah yang paling monumental adalah ”persaingan” antara Abu Bakar dan Umar bin Khattab dalam menafkahkan hartanya di jalan Allah. Dikisahkan, Umar bin Khattab datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa setengah dari harta yang dimilikinya lalu dia menyerahkannya. Rasulullah saw. pun takjub dengan pengorbanan sahabatnya tersebut. Tidak lama kemudian, datanglah Abu Bakar membawa seluruh harta bendanya lalu diletakkan antara dua tangan Rasulullah saw. Melihat banyaknya harta yang dibawa Abu Bakar, Rasulullah saw. terheran-heran lalu bertanya kepadanya, ”Wahai sahabatku, kalau sudah seluruh harta bendamu engkau korbankan, apakah lagi yang akan engkau tinggalkan untuk keluargamu?”Abu Bakar terdiam lalu menjawab, ”Saya tinggalkan mereka Allah dan Rasul-Nya.”Demikianlah kehebatan jiwa seorang kader terbaik Rasulullah saw.
Keempat: ”… ada yang memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian; dia menanti nanti mara bahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa mara bahaya. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS At Taubah, 9: 98)
Sesungguhnya, infak dan sedekah akan menghindarkan kita dari kerugian, bencana, kesusahan, dan marabahaya. Sedekah akan mampu mengubah takdir buruk seseorang menjadi takdir baik.Ada beragam bala bencana di sekitar kita: dari atas, panas berkepanjangan; dari bawah, gempa bumi; dari samping, perampokan, gangguan orang jahat, dan sebagainya. Ternyata, semua itu bisa dihindarkan melalui infak dan sedekah. Maka dari itu, sangat jauh disebut cerdas orang yang kikir dan menahan hartanya karena dia telah mengundang bala bencana untuk menghampiri dirinya. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa sedekah itu bisa menolak bala bencana dan memperpanjang umur. Andaipun takdir buruk tetap menimpanya, itu menjadi sarana dari Allah untuk mengangkat derajat dan menjadi batu loncatan baginya untuk mendapatkan nikmat yang lebih besar.
Saya memiliki pengalaman berharga dengan sedekah ini. Suatu hari, Allah Swt. memberi saya hidayah untuk bersedekah. Saat itu di saku ada uang sekitar 92 ribu rupiah. Delapan puluh ribu rupiah saya sedekahkan dan sisanya saya simpan untuk ongkos pulang dan membeli makanan. Keesokan harinya, ketika pagi-pagi masuk kantor, saya terpeleset dan jatuh dengan muka menghadap ke depan. Di hadapan saya ada kursi yang sandarannya sudah lepas sehingga besi penyangganya yang runcing tersembul ke luar. Ujung besi tersebut berada searah dengan mata. Menurut perhitungan, ketika jatuh itu, ”seharusnya” ujung besi tersebut menusuk salah satu mata saya. Namun ajaib, ketika saya jatuh, ujung besi tersebut tidak mengenai apa pun dari badan saya. Seperti ada kekuatan yang mendorong saya untuk jatuh ke samping kursi. Padahal, saya tidak memiliki kekuatan lagi untuk menahan jatuhnya badan atau berpegang ke dinding. Boleh jadi, sedekah yang delapan puluh ribu itulah yang menjadi ”pemancing” datangnya pertolongan Allah. Kalau tidak, bukan hanya besi itu yang akan menancap di mata, melainkan juga pecahan kaca dari kaca mata yang saya pakai yang akan menusuk dan merusakkan kedua mata ini.
Kelima: ”Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS Al Baqarah, 2: 274)
Allah Swt. telah berjanji bahwa sedekah akan membuat hati menjadi tenang dan tenteram, jauh dari kegelisahan dan penyakit-penyakit kejiwaan. Betapa tidak, sedekah akan menanamkan semangat kasih sayang dan silaturahmi di antara sesama manusia. Sedekah itu pintu silaturahmi dan pintu persaudaraan. Sedekah bisa membuat lawan menjadi kawan, musuh menjadi saudara, yang benci menjadi cinta. Bahkan, lebih jauh lagi, sedekah yang dilakukan secara berkesinambungan akan mampu melahirkan keseimbangan di tengah-tengah masyarakat sehingga terjadinya kesenjangan sosial dan rusaknya tatanan kehidupan bermasyarakat bisa diminimalisasi. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan agar kita selalu berbuat baik kepada sesama, sekalipun terhadap seorang kafir.
Ada sebuah kisah dari Asma binti Abi Bakar. Dia berkata, “Pada masa Rasulullah saw. Hidup, ibuku datang menemuiku dan dia adalah seorang perempuan musyrik. Aku meminta fatwa dari Rasulullah saw., ’Ibuku menemuiku dan dia ingin aku memberikan hadiah untuknya. Apakah aku harus bersikap baik kepadanya?’ Rasul bersabda, ’Ya, bersikap baiklah kepada ibumu’.”
Sebuah kebaikan berpotensi melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya. Betapa banyak orang yang terbuka hatinya karena sebuah kebaikan yang sepele dalam pendangan manusia. Saling memberi dan bersedekah sangat efektif untuk mempererat tali persaudaraan dan menumbuhkan kasih sayang di antara sesama. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.[3]
Wahai kaum muslimat, jangan memandang rendah sedekah yang diberikan tetanggamu, meskipun sekadar telapak kaki kambing.” (HR Bukhari)
Mengapa Rasulullah saw. melarang kita memandang remeh sedekah dan hadiah yang sangat sederhana sekalipun? Menurut beliau, sedekah yang diberikan secara ikhlas dan dengan cara yang baik akan mampu melembutkan hati dan mempersatukan hati-hati yang terpisah.
Bersalam-salamlah kamu, niscaya hal itu akan menghilangkan perasaan iri hati. Saling memberilah di antara kamu, niscaya kamu akan saling mencintai antara sesama kamu dan hal itu akan menghilangkan permusuhan.” (HR Malik)
Keenam: sedekah akan membuat yang fana menjadi kekal. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat bagi manusia, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR  Muslim).
Inilah peluang emas bagi kita untuk menabung harta dan perbekalan di akhirat. Bukankah kehidupan dunia itu sementara sifatnya dan kita akan menuju kehidupan yang kekal abadi? Al Quran menyebutkan sebagai berikut.
”Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS Al Mu’min, 40: 39)
Adapun Hadits-Hadits yang Berkenaan dengan Sedekah yaitu :
1. Hadits tentang anjuran menyegerakan bersedekah
عَنْ سَعِيدْ بِنْ خَالِدْ عَنْ حَارِثَةْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمْ يَقُوْلُ : تَصَدَّ قُوْا فَإِنَّهُسَيَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَيَقُوْلُ الَّذِيْ يَعْطَاهَا لَوْ جِئْتَ بِهَا بِاْلَا مْسِ لَقَبِلْتُهَا فَأًمَّا اْليَوْمَ فَلَا حَاجَةَ لِىْ بِهَا (أخرجه البخاري والنسائ)
Artinya: “ Dari Said bin Kholid bin Kharisah, Rosuluallah SAW bersabda: Bersedekahlah kamu, karena sungguh akan datang suatu masa yang pada masa itu seorang laki-laki pergi membawa sedekah, lalu tidak ada orang yang mau menerimanya, lalu berkatalah orang yang mau diberi sedekah: sekiranya kamu membawa sedekahmu kemarin, tentulah aku menerimanya. Adapun pada hari ini aku tidak membutuhkannya lagi
عَنْ حَارِثَةَ بْنِ وَهْبِ , قَالَ : رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ : ” تَصَدَّ قُوْا, فَسَيَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ لَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا ” ( أخرجه الطبراني)
Artinya: ”Dari Kharisah bin Wahbi, Rosuluallah bersabda: Bersedekahlah kamu, maka nanti akan datang suatu zaman yang akan kamu jumpai yaitu: seorang laki-laki sedang berjalan membawa sedekahnya, tetapi dia tidak mendapati orang yang akan menerima sedekah”.
Dari kedua hadits diatas dapat kita ketahui bahwasannya hadits tersebut adalah ancaman bagi orang-orang yang sengaja menunda-nunda untuk menyedekahkan hartanya disaat banyak orang fakir yang membutuhkannya. Dia baru mau menyedekahkan hartanya disaat orang tidak memerlukannya lagi. [4]

Hadits tersebut juga menunjukkan perlunya cepat-cepat untuk menyedekahkan hartanya jangan menunda-nunda lagi dan menimbun hartanya.Sabda ini memberikan pengertian pula bahwa pada masa itu, tidak ada lagi orang-orang yang mau menerima sedekah, padahal sedekah itu dibawa berkeliling oleh pemberinya untuk mencari orang yang mau menerimanya, walaupun sedekah itu berupa emas. Jadi selama hayat masih dikandung badan kita dianjurkan oleh Rosuluallah SAW untuk cepat-cepat bersedekah karena kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput kita, sementara itu orang-orang terlena dengan kesibukan mengumpulkan bahkan menumpuk-numpuk harta dunia.
Pada akhir zaman nanti, dikala kekayaan seseorang berlimpah akan menggundahkan orang yang ingin bersedekah karena tidak ada lagi orang yang mau menerima sedekah itu. Dia berkeliling mencari orang yang menerima sedekahnya tetapi orang yang ditemui mengatakan sudah tidak memerlukannya lagi.
2. Hadits tentang orang yang suka bersedekah dan orang yang kikir
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةْ أَنْ رَسُوْلُ الله صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمْ قَالَ: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إٍلَّامَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَلَّلهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقَا خَلَفًاوَيَقُوْلُ الاخَرُ: اَلَّلهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. (رواه البخاري)
Artinya: Hadits Abu Hurairah ra. Bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Tidak ada hari dimana hamba-hamba Allah berada di waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun, dimana salah satu di antara keduanya berdo’a: “Wahai Allah, berikanlah ganti kepada orang yang suka berinfaq”. Dan malaikat lain berdo’a: ”Wahai Allah binasakanlah orang yang kikir”.
Hadits diatas sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yang menjelaskan bahwa perumpamaan orang yang membelenjakan hartanya dijalan Allah seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi pohon yang bercabang tujuh dan pada masing-masing cabang atau tangkainya itu tumbuh seratus biji, atau dengan kata lain harta yang dibelanjakan dijalan Allah akan dilipat gandakan sampai tujuh ratus kali, bahkan sampai tak terhingga jika Allah menghendaki.
Sedekah dapat meringankan beban sesama dan memberikan manfaat untuk umat dan kemanusiaan, karena itu Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk suka bersedekah karena sedekah adalah sebaik-baik pintu kebajikan.[5]
Sedekah mempunyai manfaat yang sangat besar dalam mensucikan jiwa, ia juga mempunyai manfaat sangat hebat bagi kehidupan dunia dan akhirat, yaitu diantaranya:
1. Sedekah adalah sebaik-baiknya harta investasi
2. Sedekah akan menjadi tameng dari api neraka Seperti Hadits dibawah ini,

عَنْ اَنَسْ بِنْ مَالِكْ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ تَصَدَّقُوْا فَإِنَّ الصَّدَقَةَ فَكَاكُمْ مِن النَّارِ )رواه 
الدارقطنى والطبرانى وأبو نعيم والبيهقى وابن عساك

Artinya : “ Dari Anas bin Malik berkata, Rosuluallah SAW bersabda: bersedekahlah, karna sesungguhnya sedekah itu bisa mencegah dari api neraka”.
Membantu sesama yang dalam kesulitan merupakan bentuk dari sikap peduli yang diperintahkan agama yang dapat menghapus dosa dan kesalahan. Karena mempersiapkan kehidupan jangka panjang adalah tindakan bijak, dan meratapi dan tenggelam dengan penyesalan panjang adalah tindakan bodoh. Oleh karena itu agar umatnya tidak menyesal pada hari kiamat nanti, Nabi menganjurkan untuk bersedekah selagi masih ada yang mau menerimanya karena hal tersebut dapat menyelamatkannya dari siksa api neraka.
3.  Sedekah akan menjadi sebuah tempat bernaung kelak dihari kiamat.
4. Sedekah akan menjadi penghalang siksaan
5. Sedekah akan menjadi obat yang sakit
6. Sedekah akan memudahkan segala urusan.
7. Sedekah dapat menghalau bencana

D.  Fiqul Hadis
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya; ”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…” (QS Ali Imran [3]: 92).[6]


E.   Kesimpulan
       Dari hadis diatas dapat ditarik kesimpulannya  bahwa  Pada umat terdahulu terdapat orang-orang shalih yang berbuat kebaikan dan gemar bersedekah. Mereka keluar di kegelapan malam untuk mencari para fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan.Luasnya rahmat Allah dalam menerima sedekah walau pun jatuh ke tangan orang yang tidak berhak menerima.
       Kadangkala perbuatan seseorang memberi bekas yang baik, yang sebenaranya dia tidak menginginkannya, dan Allah memberinya pahala karenanya. Perbuatan laki-laki ini bisa jadi berguna bagi pencuri, pezina dan orang kaya dalam bentuk seperti yang disebutkan dalam hadis.
       Keutamaan menerima qadha dan takdir Allah. Manakala Allah mentakdirkan sedekah laki-laki ini salah alamat dan tidak sampai di tangan fakir miskin, tapi dia menerima keputusan Allah dengan rela, maka Allah memberinya balasan kebaikan.
       Mimpi yang benar termasuk mubassyirat (berita gembira). Itu adalah satu bagian dari empat puluh enam bagian ke-nabi-an. Termasuk di dalamnya adalah mimpi laki-laki ini, ketika dia diberi berita gembira oleh Tuhannya dengan diterimanya sedekahnya dan dijelaskan kepadanya sesuatu perkara yang tidak dikenal dan diketahuinya.



[1] Azzabidi, Imam, ringkasan shahih Al- Bukhari Arab Indonesia ,(bandung: Mizan,2001).hlm.233

[2] Ibid.hlm.234-236
[3] Ibid.hlm.237-239
[4] Muhammad, Teungku Hasbi Ash Shidieqy, Mutiara Hadits 4.(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2003).Hlm. 32

[5] Ibid, hlm.33-34
[6] sedekahdoa.wordpress.com/hukum-sedekah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar