FAIDAH
BERSEDEKAH
A. PENDAHULUAN
Agama
Islam adalah agama Allah yang sempurna yang selalu memberikan petunjuk–petunjuk
kepada umatnya tentang amalan-amalan yang baik. Nabi Muhammad SAW adalah
teladan bagi umat manusia yang selalu dicontoh setiap gerak-geriknya. Salah
satu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah etika dalam Islam untuk
menyayangi sesamanya misalnya saja dengan cara menyedekahkan sebagian dari
hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Salah satu etika yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada Ummu Bajid adalah untuk tidak menolak orang-orang yang meminta-minta walaupun hanya dengan memberinya sesuatu yang sedikit dan tidak begitu ada harganya. Karena sesungguhnya dengan bersedekah kita akan selalu mendapat pertolongan dari Allah terhadap masalah-masalah kita.
Salah satu etika yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada Ummu Bajid adalah untuk tidak menolak orang-orang yang meminta-minta walaupun hanya dengan memberinya sesuatu yang sedikit dan tidak begitu ada harganya. Karena sesungguhnya dengan bersedekah kita akan selalu mendapat pertolongan dari Allah terhadap masalah-masalah kita.
Kemudian
dengan bersedekah kita akan belajar berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan
atau kurang mampu sekaligus kita belajar untuk ikhlas memberikan sebagian dari
harta yang kita miliki kepada saudara-saudara kita yang lain.
Untuk lebih jelasnya, maka dari itu dalam makalah ini akan menguraikan tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan sedekah dan tanggung jawab sosial.
Untuk lebih jelasnya, maka dari itu dalam makalah ini akan menguraikan tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan sedekah dan tanggung jawab sosial.
B. Hadis
dan Terjemahannya
Artinya: menceritakan kepada kami dan hakit
menceritakan kepada kami sufiah ibnu uyainah dari abi zinah dari akrozi dari
abi hurairahtan dari nabi SAW berkata umar dan menceritkan dari kepada kami
sufyan ibnu unayah berkata dan berkata ibnu zurais dari hasan ibnu muslim dari
twus dari abi hurairahtan dari nabi SAW berkata : perumpamaan seseorang yang
bersedekah/menginfakkan seperti hanya seseorang yang memotong/dua orang yang
hampir memotong dari sebagian badan dan apa bila memiliki keingginan untuk
berinfak dan orang lain berkata maka kamu bersedekahlah maka sodakohkanlah
sesempurna mungkin kepdanya beberapa kali dan apabila kamu mempunyai pemikiran
kikir/pelit maka habislah hartamu kepadanya dan mengambil harta sampai
mengampuni dosa-dosanya.
C. Penjelasan
Hadis
Berdasarkan
hadis di atas, dapat dipastikan bahwa orang yang bersedekah pasti mencintai
Allah dan di cintai Allah, karena ia mengalahkan egonya yang memiliki watak
cinta harta. Karena orang yang bersedekah lebih mementingkan cinta Tuhan
daripada tabiat dirinya, dan rasa takut miskin tidak menghalanginya untuk
sedekah, sehingga Allah memberinya rasa aman dari setiap hal yang menakutkan di
akhirat.
Hadits
Abu Musa, dimana ia berkata: “Nabi SAW bersabda: “setiap muslim wajib
bersodakoh”. Para sahabat bertanya: “Apabila ia tidak mempunyai sesuatu?”.
Beliau bersabda: “Ia beramal dengan tangannya lalu memberi manfaat bagi dirinya
dan ia bersodakoh”. Mereka bertanya: ”Apabila mereka tidak mempunyai kemampuan,
apa yang harus ia kerjakan?. Beliau bersabda: “Maka hendaknya ia menolong orang
yang sangat membutuhkan pertolongan”. Mereka bertanya: “Apabila ia tidak
mengerjakannya?”. Beliau bersabda: ” Maka hendaknya ia menyuruh (orang lain)
untuk berbuat baik”. Sahabat bertanya: “Apabila ia tidak bisa mengerjakannya?”.
Beliau bersabda: ”Menahan diri dari perbuatan jahat, maka sesungguhnya yang demikian
itu merupakan shodakoh baginya” .Memberi Sedekah Sesuai dengan Kemampuan.
Hadis
diatas diperkuat oleh, Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar r.a. Nabi SAW
pernah bersabda: “jangan simpan uang mu didalam kantung uang oleh karena Allah
akan menahan anugerah-Nya darimu. Berikanlah (di jalan Allah) sesuai dengan
kemampuan mu.
Dalam
Al Quran, Allah Swt. berfirman tentang keutamaan bersedekah dan berinfak di
jalan-Nya. Apa yang disampaikan Al Qur’an tersebut diperkuat dan diperjelas
oleh Rasulullah saw. melalui hadits-haditnya. Pada bagian ini kita lihat
sebagian di antaranya.
Pertama:
”Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai
jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa
Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk
mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam
rahmat (surga)-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS
At Taubah, 9: 99)
Berdasarkan ayat ini, sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang
Maha Pemberi rezeki. Dekat dengan Allah Yang Mahakaya akan menjamin terjaganya
rezeki dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin
jauh kita dari rezeki dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya.
Sejatinya, pemurah adalah sifat yang dimiliki Allah Swt. “Akulah Ar
Rahmân dan Ar Rahîm. Aku petikkan baginya dari nama-Ku…,” demikian sabda
Allah Swt. dalam sebuah hadits qudsi. Pancaran sifat ini kemudian “diserap”
oleh para nabi dan orang-orang saleh sehingga menjadi akhlak utama mereka. Di
antara semua manusia, Rasulullah saw. adalah manusia paling mampu mencontoh
sifat pemurah ini.[1]
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kita diperintahkan untuk berakhlak
dengan akhlak Allah, takhalluq bi akhlâqillâh. Untuk itu, kita pun
dituntut untuk menjadi seorang pemurah karena itulah satu sifat Allah. Sebagai
pengamalan kongkret, akan sangat baik untuk kita mulai membiasakan diri
menyisihkan sebagian rezeki kita untuk orang lain, entah itu untuk orang tua,
saudara, teman, tetangga, atau pun guru. Ada baiknya orang-orang yang memiliki
hubungan kekeluargaan lebih didahulukan, kemudian tetangga dekat, tetangga
jauh, dan seterusnya.
Merancang siapa orang yang akan kita kunjungi untuk bersilaturahmi dan
memberikan hadiah kepadanya juga sangat baik. Akan sangat baik jika dalam
daftar perencanaan tersebut bukan hanya orang-orang yang kita sukai atau yang
sering berbuat kebaikan kepada kita. Masukkanlah orang-orang yang selama ini
membenci dan menjauhi kita, terutama dari keluarga kita sendiri. Berilah mereka
hadiah yang berarti baginya. Menurut Rasulullah saw., ini adalah sebuah
keutamaan. “Sedekah yang paling utama ialah kepada kerabat yang memendam
permusuhan.” (HR Muslim)
Sahabat ‘Uqbah bin Amir pun mengungkapkan bahwa Rasulullah saw. pernah
menasihati dirinya sebagai berikut.
“Wahai ‘Uqbah, maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia
dan akhirat yang paling utama? Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan
denganmu, memberi orang yang pernah menahan pemberiannya kepadamu, dan
memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu.” (HR Hakim)
Sedekah atau hadiah yang kita berikan tidak harus selalu
barang mahal. Yang penting, hal tersebut bermanfaat, meskipun sederhana. Yang
paling utama adalah suasana batin dan keikhlasan serta cara kita dalam
melakukannya. Itulah yang akan berbekas.Tidak akan pernah merugikan kita
melakukan semua ini. Apabila kita belum mampu beribadah dengan baik, jarang
tahajud, jarang puasa dan shalat sunnah, baca Al Qur’an baru sesekali,
alangkah baiknya apabila kita selalu berbuat baik kepada sesama. Allah Swt.
pasti akan menolong kita. Allah berfirman sebagai berikut.
“Akulah Ar Rahmân dan Ar Rahîm. Aku petikkan baginya dari nama-Ku.
Barang siapa yang menghubungkan, niscaya Aku akan menghubunginya; dan barang
siapa memutuskannya, niscaya Aku memutuskan hubungan dengannya.”
Rasulullah saw. pun pernah berpesan
dengan kata-kata yang indah sebagai berikut.
“Orang
yang pemurah itu dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga,
dan jauh dari api neraka. Sementara itu, orang kikir jauh dari Allah, jauh dari
manusia, jauh dari surga, dan dekat dari api neraka.”
Kedua: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus
biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas,
Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah, 2: 261)
Ketiga: ”Katakanlah, ’Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya
bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang
kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.”
(QS Saba, 34: 39)
Ayat yang mulia ini menyiratkan sebuah pesan bahwa tidak akan ada yang
hilang dari rezeki yang kita nafkahkan di jalan Allah Swt. Justru, dengan
disedekahkan itulah harta kita menjadi kekal. Sebagai contoh, kita punya uang
sepuluh ribu, dua ribunya kita sedekahkan, dan sisanya kita gunakan untuk
kepentingan sendiri. Dalam pandangan Allah Swt., uang yang dua ribu itulah
rezeki kita sebenarnya yang akan menolong kita di dunia dan di akhirat.[2]
Tidaklah kita menyedekahkan kelebihan harta kita kecuali akan Allah ganti
semuanya dengan yang lebih baik. Tidak ada kerugian. Yang ada hanyalah
keuntungan. Dalam beberapa ayat Al Qur’an, Allah Swt. menyebut harta yang kita
sedekahkan dengat kata ”pinjaman”. Artinya, Allah Swt. meminjam harta yang kita
miliki dan Dia akan mengembalikannya dengan berlipat ganda pada saat kita
sangat membutuhkannya.
Mahasuci Allah. Mahadermawan Dia. Padahal, sangat mudah bagi Dia untuk
mengambil harta tersebut walau dengan cara paksaan sekalipun karena semua
adalah milik-Nya. Harta yang dimiliki manusia hanyalah sedikit saja dari harta
milik-Nya yang Dia titipkan kepada manusia. Oleh karena itu, sampai detik ini,
tidak ada orang berinfak secara ikhlas yang menjadi fakir miskin. Mengapa?
Karena Allah dan Rasul-Nya telah berjanji bahwa dengan sedekah, seseorang akan mendapatkan rezeki, malaikat pun akan
mendoakan untuk kebaikan dan pelipatgandaan rezeki bagi orang yang gemar
bersedekah. Selain itu, persentase sedekah yang wajib dikeluarkan pun sangat kecil jika
dibandingkan dengan keseluruhan harta yang Allah Swt. titipkan, yaitu 2,5
persen.
Ada hal menarik ketika turun surat Saba ayat 39 ini. Para sahabat berlomba
untuk bersedekah. Kisah yang paling monumental adalah ”persaingan” antara Abu
Bakar dan Umar bin Khattab dalam menafkahkan hartanya di jalan Allah.
Dikisahkan, Umar bin Khattab datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa
setengah dari harta yang dimilikinya lalu dia menyerahkannya. Rasulullah saw.
pun takjub dengan pengorbanan sahabatnya tersebut. Tidak lama kemudian,
datanglah Abu Bakar membawa seluruh harta bendanya lalu diletakkan antara dua
tangan Rasulullah saw. Melihat banyaknya harta yang dibawa Abu Bakar,
Rasulullah saw. terheran-heran lalu bertanya kepadanya, ”Wahai sahabatku, kalau
sudah seluruh harta bendamu engkau korbankan, apakah lagi yang akan engkau
tinggalkan untuk keluargamu?”Abu Bakar terdiam lalu menjawab, ”Saya tinggalkan
mereka Allah dan Rasul-Nya.”Demikianlah kehebatan jiwa seorang kader terbaik
Rasulullah saw.
Keempat: ”… ada yang memandang apa yang diinfakkannya (di
jalan Allah) sebagai suatu kerugian; dia menanti nanti mara bahaya menimpamu,
merekalah yang akan ditimpa mara bahaya. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.” (QS At Taubah, 9: 98)
Sesungguhnya, infak dan sedekah akan menghindarkan kita dari kerugian, bencana,
kesusahan, dan marabahaya. Sedekah akan mampu mengubah takdir buruk seseorang menjadi
takdir baik.Ada beragam bala bencana di sekitar kita: dari atas, panas
berkepanjangan; dari bawah, gempa bumi; dari samping, perampokan, gangguan
orang jahat, dan sebagainya. Ternyata, semua itu bisa dihindarkan melalui infak
dan sedekah. Maka dari itu, sangat jauh disebut cerdas orang yang
kikir dan menahan hartanya karena dia telah mengundang bala bencana untuk
menghampiri dirinya. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa sedekah itu bisa menolak bala bencana dan memperpanjang umur.
Andaipun takdir buruk tetap menimpanya, itu menjadi sarana dari Allah untuk
mengangkat derajat dan menjadi batu loncatan baginya untuk mendapatkan nikmat
yang lebih besar.
Saya memiliki pengalaman berharga dengan sedekah ini. Suatu hari, Allah Swt. memberi saya hidayah
untuk bersedekah. Saat itu di saku ada uang sekitar 92 ribu rupiah. Delapan
puluh ribu rupiah saya sedekahkan dan sisanya saya simpan untuk ongkos pulang
dan membeli makanan. Keesokan harinya, ketika pagi-pagi masuk kantor, saya
terpeleset dan jatuh dengan muka menghadap ke depan. Di hadapan saya ada kursi
yang sandarannya sudah lepas sehingga besi penyangganya yang runcing tersembul
ke luar. Ujung besi tersebut berada searah dengan mata. Menurut perhitungan,
ketika jatuh itu, ”seharusnya” ujung besi tersebut menusuk salah satu mata
saya. Namun ajaib, ketika saya jatuh, ujung besi tersebut tidak mengenai apa
pun dari badan saya. Seperti ada kekuatan yang mendorong saya untuk jatuh ke
samping kursi. Padahal, saya tidak memiliki kekuatan lagi untuk menahan
jatuhnya badan atau berpegang ke dinding. Boleh jadi, sedekah yang delapan puluh ribu itulah yang menjadi
”pemancing” datangnya pertolongan Allah. Kalau tidak, bukan hanya besi itu yang
akan menancap di mata, melainkan juga pecahan kaca dari kaca mata yang saya
pakai yang akan menusuk dan merusakkan kedua mata ini.
Kelima: ”Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara)
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
(QS Al Baqarah, 2: 274)
Allah Swt. telah berjanji bahwa sedekah akan membuat hati menjadi tenang dan tenteram, jauh
dari kegelisahan dan penyakit-penyakit kejiwaan. Betapa tidak, sedekah akan menanamkan semangat kasih sayang dan silaturahmi
di antara sesama manusia. Sedekah itu pintu silaturahmi dan pintu persaudaraan. Sedekah bisa membuat lawan menjadi kawan, musuh menjadi saudara,
yang benci menjadi cinta. Bahkan, lebih jauh lagi, sedekah yang dilakukan secara berkesinambungan akan mampu
melahirkan keseimbangan di tengah-tengah masyarakat sehingga terjadinya
kesenjangan sosial dan rusaknya tatanan kehidupan bermasyarakat bisa
diminimalisasi. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan agar kita selalu
berbuat baik kepada sesama, sekalipun terhadap seorang kafir.
Ada sebuah kisah dari Asma binti Abi Bakar. Dia berkata, “Pada masa
Rasulullah saw. Hidup, ibuku datang menemuiku dan dia adalah seorang perempuan
musyrik. Aku meminta fatwa dari Rasulullah saw., ’Ibuku menemuiku dan dia ingin
aku memberikan hadiah untuknya. Apakah aku harus bersikap baik kepadanya?’
Rasul bersabda, ’Ya, bersikap baiklah kepada ibumu’.”
Sebuah kebaikan berpotensi melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya. Betapa
banyak orang yang terbuka hatinya karena sebuah kebaikan yang sepele dalam
pendangan manusia. Saling memberi dan bersedekah sangat efektif untuk
mempererat tali persaudaraan dan menumbuhkan kasih sayang di antara sesama.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw.
bersabda sebagai berikut.[3]
“Wahai kaum muslimat, jangan memandang rendah sedekah yang diberikan tetanggamu, meskipun sekadar telapak
kaki kambing.” (HR Bukhari)
Mengapa Rasulullah saw. melarang kita memandang remeh sedekah dan hadiah yang sangat sederhana sekalipun? Menurut
beliau, sedekah yang diberikan secara ikhlas dan dengan cara yang
baik akan mampu melembutkan hati dan mempersatukan hati-hati yang terpisah.
“Bersalam-salamlah kamu, niscaya hal itu akan menghilangkan perasaan iri
hati. Saling memberilah di antara kamu, niscaya kamu akan saling mencintai
antara sesama kamu dan hal itu akan menghilangkan permusuhan.” (HR
Malik)
“Apabila
anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara,
yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat bagi manusia, dan anak
saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim).
Inilah peluang emas bagi kita untuk menabung harta dan
perbekalan di akhirat. Bukankah kehidupan dunia itu sementara sifatnya dan kita
akan menuju kehidupan yang kekal abadi? Al Quran menyebutkan sebagai berikut.
”Wahai
kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS Al Mu’min, 40: 39)
Adapun Hadits-Hadits yang Berkenaan dengan Sedekah yaitu :
1. Hadits tentang anjuran menyegerakan bersedekah
عَنْ سَعِيدْ بِنْ خَالِدْ عَنْ حَارِثَةْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمْ يَقُوْلُ : تَصَدَّ قُوْا فَإِنَّهُسَيَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَيَقُوْلُ الَّذِيْ يَعْطَاهَا لَوْ جِئْتَ بِهَا بِاْلَا مْسِ لَقَبِلْتُهَا فَأًمَّا اْليَوْمَ فَلَا حَاجَةَ لِىْ بِهَا (أخرجه البخاري والنسائ)
عَنْ سَعِيدْ بِنْ خَالِدْ عَنْ حَارِثَةْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمْ يَقُوْلُ : تَصَدَّ قُوْا فَإِنَّهُسَيَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَيَقُوْلُ الَّذِيْ يَعْطَاهَا لَوْ جِئْتَ بِهَا بِاْلَا مْسِ لَقَبِلْتُهَا فَأًمَّا اْليَوْمَ فَلَا حَاجَةَ لِىْ بِهَا (أخرجه البخاري والنسائ)
Artinya:
“ Dari Said bin Kholid bin Kharisah, Rosuluallah SAW bersabda: Bersedekahlah
kamu, karena sungguh akan datang suatu masa yang pada masa itu seorang
laki-laki pergi membawa sedekah, lalu tidak ada orang yang mau menerimanya,
lalu berkatalah orang yang mau diberi sedekah: sekiranya kamu membawa sedekahmu
kemarin, tentulah aku menerimanya. Adapun pada hari ini aku tidak
membutuhkannya lagi
عَنْ حَارِثَةَ بْنِ وَهْبِ , قَالَ :
رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ : ” تَصَدَّ قُوْا, فَسَيَأْتِيْ
عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِيْ الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ لَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا
” ( أخرجه الطبراني)
Artinya:
”Dari Kharisah bin Wahbi, Rosuluallah bersabda: Bersedekahlah kamu, maka nanti
akan datang suatu zaman yang akan kamu jumpai yaitu: seorang laki-laki sedang
berjalan membawa sedekahnya, tetapi dia tidak mendapati orang yang akan
menerima sedekah”.
Dari
kedua hadits diatas dapat kita ketahui bahwasannya hadits tersebut adalah
ancaman bagi orang-orang yang sengaja menunda-nunda untuk menyedekahkan
hartanya disaat banyak orang fakir yang membutuhkannya. Dia baru mau
menyedekahkan hartanya disaat orang tidak memerlukannya lagi. [4]
Hadits
tersebut juga menunjukkan perlunya cepat-cepat untuk menyedekahkan hartanya
jangan menunda-nunda lagi dan menimbun hartanya.Sabda ini memberikan pengertian
pula bahwa pada masa itu, tidak ada lagi orang-orang yang mau menerima sedekah,
padahal sedekah itu dibawa berkeliling oleh pemberinya untuk mencari orang yang
mau menerimanya, walaupun sedekah itu berupa emas. Jadi selama hayat masih
dikandung badan kita dianjurkan oleh Rosuluallah SAW untuk cepat-cepat
bersedekah karena kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput kita,
sementara itu orang-orang terlena dengan kesibukan mengumpulkan bahkan
menumpuk-numpuk harta dunia.
Pada
akhir zaman nanti, dikala kekayaan seseorang berlimpah akan menggundahkan orang
yang ingin bersedekah karena tidak ada lagi orang yang mau menerima sedekah
itu. Dia berkeliling mencari orang yang menerima sedekahnya tetapi orang yang
ditemui mengatakan sudah tidak memerlukannya lagi.
2.
Hadits tentang orang yang suka bersedekah dan orang yang kikir
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةْ أَنْ رَسُوْلُ الله صَلَى الله عَلَيْهِ
وَسَلَمْ قَالَ: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إٍلَّامَلَكَانِ
يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَلَّلهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقَا
خَلَفًاوَيَقُوْلُ الاخَرُ: اَلَّلهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. (رواه البخاري)
Artinya:
Hadits Abu Hurairah ra. Bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Tidak ada hari dimana
hamba-hamba Allah berada di waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun,
dimana salah satu di antara keduanya berdo’a: “Wahai Allah, berikanlah ganti
kepada orang yang suka berinfaq”. Dan malaikat lain berdo’a: ”Wahai Allah binasakanlah
orang yang kikir”.
Hadits
diatas sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yang menjelaskan bahwa
perumpamaan orang yang membelenjakan hartanya dijalan Allah seperti sebuah biji
yang tumbuh menjadi pohon yang bercabang tujuh dan pada masing-masing cabang
atau tangkainya itu tumbuh seratus biji, atau dengan kata lain harta yang
dibelanjakan dijalan Allah akan dilipat gandakan sampai tujuh ratus kali,
bahkan sampai tak terhingga jika Allah menghendaki.
Sedekah dapat meringankan beban sesama dan memberikan manfaat untuk umat dan kemanusiaan, karena itu Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk suka bersedekah karena sedekah adalah sebaik-baik pintu kebajikan.[5]
Sedekah dapat meringankan beban sesama dan memberikan manfaat untuk umat dan kemanusiaan, karena itu Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk suka bersedekah karena sedekah adalah sebaik-baik pintu kebajikan.[5]
Sedekah
mempunyai manfaat yang sangat besar dalam mensucikan jiwa, ia juga mempunyai
manfaat sangat hebat bagi kehidupan dunia dan akhirat, yaitu diantaranya:
1. Sedekah adalah
sebaik-baiknya harta investasi
2.
Sedekah akan menjadi tameng dari api neraka Seperti Hadits dibawah ini,
عَنْ اَنَسْ بِنْ مَالِكْ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَ
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ تَصَدَّقُوْا فَإِنَّ الصَّدَقَةَ فَكَاكُمْ مِن النَّارِ
)رواه
الدارقطنى والطبرانى وأبو نعيم والبيهقى وابن عساك
Artinya : “ Dari Anas bin Malik berkata, Rosuluallah
SAW bersabda: bersedekahlah, karna sesungguhnya sedekah itu bisa mencegah dari
api neraka”.
Membantu sesama yang dalam kesulitan merupakan bentuk dari sikap peduli yang diperintahkan agama yang dapat menghapus dosa dan kesalahan. Karena mempersiapkan kehidupan jangka panjang adalah tindakan bijak, dan meratapi dan tenggelam dengan penyesalan panjang adalah tindakan bodoh. Oleh karena itu agar umatnya tidak menyesal pada hari kiamat nanti, Nabi menganjurkan untuk bersedekah selagi masih ada yang mau menerimanya karena hal tersebut dapat menyelamatkannya dari siksa api neraka.
Membantu sesama yang dalam kesulitan merupakan bentuk dari sikap peduli yang diperintahkan agama yang dapat menghapus dosa dan kesalahan. Karena mempersiapkan kehidupan jangka panjang adalah tindakan bijak, dan meratapi dan tenggelam dengan penyesalan panjang adalah tindakan bodoh. Oleh karena itu agar umatnya tidak menyesal pada hari kiamat nanti, Nabi menganjurkan untuk bersedekah selagi masih ada yang mau menerimanya karena hal tersebut dapat menyelamatkannya dari siksa api neraka.
3. Sedekah
akan menjadi sebuah tempat bernaung kelak dihari kiamat.
4. Sedekah akan menjadi penghalang siksaan
5. Sedekah akan menjadi obat yang sakit
6. Sedekah akan memudahkan segala urusan.
7. Sedekah dapat menghalau bencana
D. Fiqul
Hadis
Para fuqaha sepakat hukum sedekah
pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika
ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu
dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal
menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan.
Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika
seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat
mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari
apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang
bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau
sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah
itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan
uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para
fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT yang artinya; ”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…” (QS Ali
Imran [3]: 92).[6]
E. Kesimpulan
Dari hadis diatas dapat ditarik
kesimpulannya bahwa Pada umat terdahulu terdapat orang-orang
shalih yang berbuat kebaikan dan gemar bersedekah. Mereka keluar di kegelapan
malam untuk mencari para fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan.Luasnya
rahmat Allah dalam menerima sedekah walau pun jatuh ke tangan orang yang tidak
berhak menerima.
Kadangkala
perbuatan seseorang memberi bekas yang baik, yang sebenaranya dia tidak
menginginkannya, dan Allah memberinya pahala karenanya. Perbuatan laki-laki ini
bisa jadi berguna bagi pencuri, pezina dan orang kaya dalam bentuk seperti yang
disebutkan dalam hadis.
Keutamaan
menerima qadha dan takdir Allah. Manakala Allah mentakdirkan sedekah laki-laki
ini salah alamat dan tidak sampai di tangan fakir miskin, tapi dia menerima
keputusan Allah dengan rela, maka Allah memberinya balasan kebaikan.
Mimpi yang
benar termasuk mubassyirat (berita gembira). Itu adalah satu bagian dari
empat puluh enam bagian ke-nabi-an. Termasuk di dalamnya adalah mimpi laki-laki
ini, ketika dia diberi berita gembira oleh Tuhannya dengan diterimanya
sedekahnya dan dijelaskan kepadanya sesuatu perkara yang tidak dikenal dan
diketahuinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar